KicauanRakyat – Timnas Jerman membukukan rekor bersejarah ketika meladeni timnas Prancis, Sabtu (23/3/2024).
Pada pertandingan uji coba di Groupama Stadium, Lyon, Die Mannschaft mencundangi tuan rumah 2-0.
Florian Wirtz sudah membungkam publik Les Bleus ketika laga baru memasuki 7 detik.
Tembakan gelandang serang Leverkusen itu melesat dari luar kotak penalti untuk menggetarkan jala gawang Prancis.
Momen kilat pasca-kick-off ini tercatat sebagai gol tercepat dalam sejarah timnas Jerman.
Prosesnya berawal dari assist indah Toni Kroos, yang menjalani comeback untuk Die Mannschaft setelah hiatus sejak 2021.
Kroos sendiri mendapatkan bola dari operan kick-off Kai Havertz.
Gelandang veteran Real Madrid awalnya bergerak ke arah belakang.
Tapi dia kemudian memutar badan dan melontarkan umpan lambung brilian ke ruang kosong, di mana Wirtz berada.
Dengan tiga sentuhan, pemuda 20 tahun itu menggiring bola sejenak lalu melepaskan tembakan roket yang bikin kiper lawan, Brice Samba, bengong.
Kontan saja Kroos panen pujian dalam momen kembalinya dia ke tim nasional.
Begitu pun Wirtz si pencetak sejarah yang mendapatkan gol perdananya bagi Die Mannschaft.
Namun, Kroos tidak lupa memberikan kredit buat sosok sebenarnya yang menjadi otak gol cepat Jerman.
Ia membocorkan bahwa sebenarnya skema gol semodel itu sudah direncanakan.
Kali ini Kroos dan Wirtz hanyalah eksekutornya dengan peran sama krusial dilakoni rekan yang lain.
Proses seperti itu dilatih berulang kali dalam sesi latihan.
Standardtrainer adalah semacam jabatan asisten pelatih yang memiliki spesialisasi khusus guna mengasah kemampuan tim sesuai bidang tertentu.
Adapun Standardtrainer yang dimaksud Kroos ialah Mads Buttgereit, pelatih khusus untuk situasi set-piece atau bola mati.
Hal ini ditegaskan kembali oleh pelatih kepala Die Mannschaft, Julian Nagelsmann.
“Kick-off direncanakan untuk seperti itu,” katanya.
“Hal tersebut dilakukan secara luar biasa oleh Mads Buttgereit, sang pelatih khusus,” imbuhnya.
Kalau melihat skema gol kilat Wirtz, memang kelihatan sekali personel mereka sudah memahami fungsi dan posisi masing-masing secara solid.
Sebelum sepak mula dilakukan, ada lima pemain Jerman berdiri sejajar di garis tengah lapangan.
Mereka adalah Jamal Musiala, Ilkay Guendogan, Kai Havertz, Kroos, dan Wirtz.
Setelah bola dioper pendek Havertz ke Kroos guna menandai awal pertandingan, saat itu juga serangan frontal dilakukan.
Sesuai urutan dari kanan ke kiri, Musiala, Guendogan, Havertz, dan Wirtz berlari cepat untuk langsung menusuk jantung pertahanan Prancis.
Sementara itu, bola dikuasai Kroos di area tengah lapangan.
Sembari menunggu keempat pemain tadi mencapai posisi yang ditentukan, Kroos membalikkan badan ke arah gawang timnya.
Dia lantas memutar lagi badan dan umpannya langsung menemukan Wirtz dalam posisi bebas karena keempat bek Prancis terpancing untuk mengawasi Musiala dan Havertz.
Lini belakang Les Bleus dibuat syok dengan tekanan vital tersebut dan langsung dibuat ketar-ketir.
Secara frontal, Wirtz mendekati kotak penalti dengan memiliki empat opsi sekaligus.
Dia bisa mengoper kepada Guendogan di kanan, Musiala di tengah (tapi sangat berisiko offside), Havertz di kiri, atau menembak langsung.
Wirtz memilih opsi terakhir dan keputusannya terbukti sukses.
“Saya pikir tak ada siapa pun yang menyadari atau memahami apa yang saat itu terjadi,” ucap Wirtz.
“Kami semua terkejut. Tapi kemudian ada banyak kegembiraan karena tiada cara yang lebih baik daripada ini untuk mengawali pertandingan,” lanjutnya.