KicauanRakyat – Pupus sudah harapan Gregoria untuk melangkah jauh pada panggung turnamen tertua bulu tangkis dunia itu setelah langkahnya terhenti di babak delapan besar pada Jumat (15/3/2024).
Berlaga di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pemain besutan PB. Mutiara Cardinal Bandung itu kalah dalam pertandingan tiga gim dramatis melawan ratu bulu tangkis Jepang, Akane Yamaguchi.
Kekalahan dengan skor 10-21, 20-22, 18-21 yang terjadi dalam tempo 62 menit itu menjadi kekalahan ke-14 kalinya yang diterima Gregoria dalam 18 kali perjumpaan melawan Yamaguchi.
Baru empat kali total Gregoria pernah mengalahkan mantan tunggal putri nomor satu dunia itu.
Terakhir, Gregoria menumpas perlawanan Juara Dunia dua kali tersebut pada perempat final Japan Open 2923, Juli lalu.
Namun, bukan perkara itu yang membuat kekalahan hari ini jauh terasa lebih menyesakkan.
Satu hal yang paling utama disesalkan Gregoria adalah insiden flash dari kamera di bangku penonton yang merusak ritme permainannya.
Cahaya lampu dari telepon genggam itu mengganggu penglihatan dan fokusnya dalam mengamati laju shuttlecock saat reli berjalan.
Sayangnya, itu terjadi di poin-poin krusial pada akhir gim ketiga, termasuk saat poin terakhir di mana dia mendapat giliran servis.
Gregoria lantas membatalkan permainannya sendiri, karena terganggung flash tersebut.
Tapi sayang seribu sayang, permainan hanya bisa dihentikan oleh umpire selaku pengadil lapangan, bukan keinginan pemain sendiri.
Otomatis, poin terakhir jadi milik Yamaguchi, pertandingan selesai dan tiket perempat final jatuh kepada wakil andalan Jepang.
Peraturan bulu tangkis memang memungkinkan wasit lapangan untuk menghentikan reli jika ada gangguan dalam pertandingan.
Gregoria mencoba melakukan protes, tetapi wasit tetap kekeh dengan keputusannya untuk tetap memberikan poin yang menentukan ini.
Seusai pertandingan, Gregoria masih belum bisa menahan air matanya yang telah mengalir sejak di lapangan. Namun, pemain 24 tahun itu berusaha untuk tetap legawa menerima hasil pahit.
“Walau di gim pertama, permainan saya tidak cukup meyakinkan. Tapi di gim kedua, saya bisa berusaha untuk mengambil keunggulan walau sempat tertinggal 18-20,” tandasnya.
Gregoria mengakui bahwa insiden flash pada akhir laga sangat mengganggu pandangan dia. Sayang, reli tidak bisa diulang.
“Di poin terakhir tadi, saat saya servis, ada flash kamera yang menyala di depan saya dan itu cukup mengganggu,” jelas Gregoria.
“Saya refleks saja untuk menghentikan pertandingan, tapi sayangnya umpire memutuskan pertandingan selesai karena mungkin dia tidak melihat kejadiannya.”
“Itu cukup mengganjal di hati saya,” terang juara Kumamoto Masters 2023 itu.
Akibat kejadian itu, dia berencana untuk kembali menanyakan kepada pihak BWF terkait masalah seperti ini, yang tak jarang menimpa pemain-pemain lain pula.
Sering kali wasit telah memperingatkan para penonton di tribune untuk tidak menyalakan flash, tapi tetap saja masih ada yang bandel.
“Setelah ini, saya akan bertanya kepada umpire dan referee agar saya bisa mendapat jawaban yang jelas atas kejadian tadi.”
“Terlepas dari itu, hasil sudah final dan saya harus terima,” ucap Gregoria.
Sedangkan mengulas soal permainan, Gregoria mengakui bahwa kesalahan juga terletak pada dirinya yang terlalu banyak membuang kesempatan pada gim pertama.
Ini juga akan jadi catatan evaluasi karena Gregoria sudah sering terlambat panas di beberapa pertandingan penting.
“Ini menjadi catatan saya agar seharusnya saya bisa langsung in di gim pertama,” ucap Gregoria.
“tertinggal begitu jauh dengan 11 poin beruntun hilang karena kebanyakan melakukan kesalahan sendiri, memang sangat merugikan,” jelas Gregoria.
“Gim ketiga, saya sudah sempat unggul tapi Akane coba mengubah permainan dengan lebih bermain safe.”
“Dia hanya menunggu saya menyerang lalu mencari celah untuk melakukan serangan balik dan itu membuat saya jadi ragu-ragu.”
“Ini yang harus saya pelajari dari pemain-pemain yang peringkatnya di atas saya, bagaimana cara mereka mengubah pola di poin-poin kritis,” kata dia.