KicauanRakyat – Pasukan Simone Inzaghi melaju tanpa rival sebanding di puncak klasemen Liga Italia.
Kemenangan terbaru atas Salernitana, Jumat (16/2/2024), memperlebar jarak mereka dari Juventus menjadi +10 poin.
La Benemata mencukur tim juru kunci di San Siro dengan skor 4-0.
Banyak catatan positif hadir dari pertandingan itu.
Inter telah menembus 20 kemenangan dari 24 partai pertama Liga Italia musim 2023-2024.
Situasi ini hanya dua kali mereka alami dalam satu musim Serie A setelah 2006-2007.
Pada kejuaraan pasca-Calciopoli 17 tahun silam, Nerazzurri racikan Roberto Mancini memetik 21 kemenangan dalam 24 laga awal.
Koleksi 63 angka milik Lautaro Martinez cs musim ini juga menorehkan rekor tersendiri.
Sejak sistem pemberian 3 poin untuk satu kemenangan diterapkan pada 1994-1995, jumlah itu merupakan raihan terbanyak kedua bagi Inter setelah 24 partai.
Perolehannya lagi-lagi cuma kalah dari skuad Mancini 2006-2007 yang mendulang 66 poin.
Pada musim fenomenal tersebut, Inter Milan – tanpa tantangan Juventus yang terdegradasi ke Serie B – finis dengan koleksi 97 poin.
Mereka membukukan 30 kemenangan, 7 seri, dan hanya sekali kalah.
Bukti skuad Inter begitu overpowered pada masa itu diperkuat dengan rekor 17 kemenangan beruntun, streak terpanjang dalam sejarah kompetisi.
Musim ini ada kans bagi pasukan Inzaghi melampaui pencapaian fantastis skuad era Mancini ihwal perolehan angka di akhir musim.
Sekarang Inter melaju kencang dengan rasio 2,625 poin per partai.
Kalau rataan tersebut berhasil dipertahankan sampai akhir musim, Nerazzurri diproyeksikan bisa mendulang 99,75 poin.
Ambillah skor pembulatan, maka Si Hitam-Biru berpeluang menyelesaikan kompetisi dengan menembus plafon 100 angka.
Sepanjang sejarah Serie A, hanya ada satu kejadian sebuah tim sanggup mencapai kuota 100 poin di klasemen akhir.
Tim legendaris yang dimaksud adalah Juventus asuhan Antonio Conte pada 2013-2014.
Tepat sedekade lalu, Andrea Pirlo dkk menggila dengan raihan 102 poin hasil dari 33 kali menang, 3 seri, dan 2 kalah.
Statistik yang tersaji semakin mendukung Inter Milan sebagai kandidat terkuat peraih scudetto musim ini.
Dengan segala keunggulan yang mereka miliki di lini depan, tengah, serta depan, rasanya keterlaluan kalau Inzaghi gagal membawa skuadnya juara.
Jika hal itu sampai kejadian, menurut legenda Juventus, Angelo Di Livio, posisi sang pelatih layak dikorbankan.
“Inter lebih berpengalaman dan dewasa dibandingkan tim mereka beberapa tahun belakangan ini,” ucapnya.
“Kalau Inzaghi gagal juara seperti ini, dia harus pergi,” kata mantan wing-back petarung timnas Italia ini kepada Tuttomercatoweb.
Inzaghi menyadari ekspektasi bagi timnya juga semakin tinggi di tengah performa yang semakin baik.
Guna menjaga ritme positif, sang pelatih mewanti-wanti pasukannya agar tidak lengah saat kompetisi memasuki etape-etape krusial.
Pengalaman dua musim terakhir seharusnya dijadikan acuan nyata.
Mengendurnya konsentrasi saat liga memasuki Februari berakibat fatal dengan hangusnya peluang Inter juara.
Tantangan lebih berat karena mereka kudu membagi fokus dengan Liga Champions.
“Tak ada rasa aman dalam sepak bola. Kami harus tetap terfokus bahkan di saat kami tidur karena perjalanan masih sangat panjang,” kata Inzaghi kepada Sky Sport.
“Konsentrasi akan sangat diperlukan. Kami hanya memandang pertandingan berikutnya.”
“Masih ada tiga bulan lagi dan 14 partai tersisa di liga. Juventus dan Milan juga tidak menyerah,” imbuh eks striker Lazio.
Klasemen Liga Italia (klik tautannya)
Juara Liga Italia dengan 90 Poin atau Lebih*
102 poin – Juventus (2013-2014)
97 poin – Inter Milan (2006-2007)
95 poin – Juventus (2017-2018)
91 poin – Juventus (2015-2016, 2016-2017), Inter (2020-2021)
90 poin – Juventus (2018-2019), Napoli (2022-2023)
Ket.: * = Era 3 poin untuk 1 kemenangan.