KicauanRakyat – Sebagai salah satu pembalap paling ikonik di pentas MotoGP, nama Valentino Rossi tentunya menjadi daya tarik sempurna bagi para penggemar.
The Doctor memiliki perjalanan karier yang cukup panjang di mana dia melakoni debut di kelas 125cc pada musim 1996 dan memutuskan pensiun pada 2021.
Dalam rentang waktu karier yang cukup panjang tersebut, Rossi berhasil menorehkan sembilan gelar juara dunia di semua kelas balap.
Tidak hanya soal prestasi melalui raihan gelar juara dunia saja, karier yang panjang membuat pria Italia itu mencicipi berbagai rivalitas sengit.
Rossi tentunya pernah menghadapi rival-rival berat yang memiliki nama tenar di masa lalu dalam meraih gelar juara dunia.
Dari Max Biaggi, Sete Gibernau, Marco Melandri, Casey Stoner, Jorge Lorenzo hingga Marc Marquez pernah menjadi pesaingnya di lintasan.
Kepiawaian Rossi dalam meredam rival-rivalnya ketika masih aktif dulu juga diamini oleh Jorge Lorenzo.
Melalui siaran podcast bertajuk The Wild Project, Por Fuera membongkar bagaimana Rossi selalu menjadi protagonis dalam setiap rivalitas yang dialami.
Lorenzo yang pernah menjadi rekan setim sewaktu di tim pabrikan Yamaha menilai Rossi juga memiliki gelagat licik kepada rivalnya.
Dia acap kali menjadikan pesaingnya sebagai kawan sebelum akhirnya levelnya mulai disamai ketika beradu cepat di lintasan.
Hal tersebut terlihat dari cara Rossi memperlakukan Marco Melandri, Sete Gibernau dan Casey Stoner yang berubah drastis.
Rossi sebelumnya memperlakukan mereka layaknya sahabat di depan kamera hingga level performa mereka meningkat.
Ketika level sudah meningkat, Rossi menunjukkan gelagat yang berbeda di mana mereka tampak seperti musuh bebuyutan.
“Rossi adalah teman Marco Melandri, tetapi begitu Marco mulai menunjukkan kemampuannya dan menyamainya, ia menjatuhkannya, melemparnya,” ucap Lorenzo.
“Sete (Gibernau) juga demikian, mereka berteman baik dan ketika ia mulai bertarung untuk gelar juara, mereka menjadi musuh.”
Situasi yang tidak jauh berbeda juga dialami Marc Marquez ketika mengawali kiprahnya di pentas kelas utama bersama Repsol Honda.
Lorenzo bahkan menyebut pada saat itu Rossi memperlakukan Marquez seperti suksesornya yang kelak akan menjadi penggantinya.
Momen itu buyar pada musim 2015 karena insiden pada GP Argentina, Rossi pun mulai memasukkan nama Marquez ke dalam daftar musuh bebuyutannya.
Puncaknya terjadi pada GP Malaysia melalui insiden Sepang Clash di mana hal itu membuat Rossi gagal meraih gelar juara dunia yang bisa dijangkaunya.
“Dia sangat berteman dengan Marquez dan selalu berpelukan, karena Rossi telah menerima bahwa dia adalah penerusnya,” kata Lorenzo.
“Dan ketika pada tahun 2015 Rossi berpeluang mampu memenangkan gelar juara dunia terakhirnya.”
“Mereka bermain di Argentina dan Marquez terjatuh, mereka bermusuhan,” tuturnya menambahkan.
Peraih tiga gelar juara dunia kelas MotoGP itu menyadari bahwa apa yang dilakukan Rossi adalah semata-mata untuk menjaga performa.
Sikap Rossi akan sangat berbeda tatkala sang rival sudah mendekati level performanya saat berada di lintasan balap.
“Jika Anda melaju lebih lambat dari Rossi, Anda bisa menjadi temannya, tapi kami juga bisa,” kata Lorenzo.
“Tapi saya percaya bahwa dia, yang juga saya yakini, perlu menciptakan musuh agar termotivasi, dia menciptakannya dan memaksanya.”
“Ketika dia memiliki seseorang yang berada di levelnya, dia mengubahnya menjadi musuh dan persahabatan itu berakhir,” imbuhnya.