KicauanRakyat – PBSI memanfaatkan sport science untuk mendorong performa atlet agar mencapai puncak saat Olimpiade Paris 2024 berlangsung pada Juli nanti.
Tim bulu tangkis Indonesia akan mengirimkan enam wakil pada pesta olahraga sejagat tahun ini.
Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting tampil di nomor tunggal putra sedangkan Gregoria Mariska Tunjung di tunggal putri.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti masing-masing akan bertanding di ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Sementara Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari menjadi wakil satu-satunya di ganda campuran.
Sejumlah pemain menunjukkan peningkatan sejak tim Ad Hoc diresmikan oleh PBSI pada Januari lalu.
Paling terlihat adalah Jonatan Christie yang menjaga rekor tak terkalahkan di tiga event beruntun: All England Open 2024, Kejuaraan Asia 2024, dan Thomas Cup 2024.
Selain itu penampilan terkini di Thomas dan Uber Cup 2024 membuahkan hasil yang patut diapresiasi dengan kelolosan tim putra dan putri ke final walau harus menjadi runner-up.
“Raport anak-anak meningkat tapi kami belum puas dan akan terus maksimalkan karena lawan kan melakukan hal yang sama,” kata Fadil.
“Itu yang terus dan kita tidak boleh lengah.”
Fadil menjelaskan bahwa tim Ad Hoc menyusun berbagai parameter untuk mengukur kemampuan para atlet dari aspek teknik, fisik, psikologis, dan kesehatan.
Dari sana mereka bisa mengetahui bagian-bagian mana yang kurang untuk kemudian dijadikan landasan dalam menyusun program latihan.
“Itu ada skornya, cuma tidak saya buka, karena saya berusaha untuk mengkuantifikasi semuanya secara angka,” ucap pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jendral PBSI.
“Dengan begitu, kalau kita bicara agility-nya berkembang, kita tahu mana aspek-aspek agility-nya, kalau endurance-nya berkembang dan mana aspek-aspeknya.”
PBSI juga berencana menyediakan simulasi untuk pertandingan Olimpiade Paris 2024 dengan menghadirkan hawa dari Adidas Arena dalam latihan.
Venue baru untuk Olimpiade Paris 2024 tersebut sudah pernah dikunjungi sebelumnya dalam keikutsertaan di French Open 2024 pada Maret lalu.
“Kalau di pilot kan ada simulator kami sedang mencari ada gak simulator seperti itu. Inovasi-inovasi terus ada,” terang Fadil.
“Situasi di Adidas Arena nanti seperti apa, kami desain supaya anak-anak familiar.”
“Pertempuran di lapangan itu bukan hanya soal fisik dan teknik tetapi juga psikologis yang berkelindan menjadi satu.”
“Itu yang terus kami coba simulasikan ke anak-anak agar semakin bisa mengatas situasi-situasi seperti itu.”
Tentunya dalam persiapan menuju kompetisi, karakter dari lawan-lawan yang berpeluang untuk dihadapi juga dianalisis.
Fadil merasa tim-tim lawan juga telah mempelajari para pemain Indonesia.
Dia mengambil contoh China dengan kekalahan Gregoria dari Chen Yu Fei di final Uber Cup dan hingga bagaimana Jonatan dipaksa bermain rubber game oleh Li Shi Feng di final Thomas Cup.
“Li Shi Feng juga mengatakan dia mempelajari Jojo tapi waktunya tidak cukup dan Jojo sudah melakukan langkah-langkah antisipasi.”
“Karena lawan Olimpiade ini kan jelas, siapa yang di tunggal, siapa yang di ganda, siapa yang di mixed double. Itu yang terus kami diskusikan,” tandasnya.
Fadil sendiri optimistis dengan peluang tim bulu tangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024.
Sebagai satu-satunya cabor yang pernah memberikan medali emas bagi Indonesia, tentu ada harapan lebih kepada mereka.
“Hidup ini harus ada optimisme,” ucapnya lagi.
“Saya kira bukan cuma di olahraga, apalagi untuk Merah Putih, untuk membangun kebanggaan, character of nation.”
“Dalam beberapa kesempatan saya sampaikan badminton Indonesia adalah gudangnya orang-orang yang berprestasi.”