KicauanRakyat – Penampilan debutan sekaligus juara dunia Moto2 2023 itu langsung mencuri perhatian sejak shakedown test MotoGP hingga dua kali tes pramusim MotoGP di Sepang dan Qatar.
Acosta seolah terlihat bukan pembalap debutan di kelas premier dengan mesin 1000cc, lantaran mulusnya adaptasi dia di atas RC16 KTM bersama tim satelit GASGAS Factory Racing Tech3.
Hasil-hasil tes pramusim pembalap 19 tahun itu terbilang mengesankan.
Dia langsung cepat dan mampu dekat dengan sejumlah pembalap top.
Acosta finis di peringkat ke-15 dengan berjarak 1,095 detik dari Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) selaku pembalap tercepat.
Hal-hal impresif yang ditunjukkan Acosta selama tes pramusim juga telah menarik sejumlah kru di paddock KTM.
Sebelumnya, jurnalis senior MotoGP sekaligus mantan pembalap Simon Crafar membagikan cerita tentang Acosta yang punya kesan positif di mata kru KTM.
“Bukan hanya karena kecepatannya, tetapi juga dari akurasi feedbacknya. Mereka semua terkesan dengan betapa dewasanya dia untuk anak seusianya,” tandasnya.
Namun lebih dari itu, ternyata ada yang lebih spesial lagi dalam diri sosok pembalap berjuluk Si Hiu dari Mazarron.
Yang pertama tentang kedewasaan Acosta dalam menyikapi kesulitan dalam masa transisi dan adaptasi ke MotoGP, yang mana hal ini diamati Pol Espargaro.
Sebagai test rider dan tentunya senior di KTM, perhatian Pol tercuri pada cara Acosta membalap dan cepatnya si bocah ajaib itu beradaptasi bahkan ketika kesulitan menghinggapi.
“Perbedaan yang mungkin dirasakan pembalap Moto2 dan MotoGP sangatlah besar. Dia memiliki lebih banyak tenaga yang bisa dia gunakan, ditambah dengan semua gadget (perangkat), dia harus menurunkan motornya (height device) di lintasan lurus,” kata Pol dikutip dari Speedweek.
“Kemudian menggunakan rem karbon dan harus menyesuaikan diri dengan elektronik.”
“Lalu di hari kedua (tes), dengan ban bekas, dia langsung kembali ke kecepatan di hari sebelumnya.
“Selain itu, banyak pembalap yang belum berpengalaman biasanya merasakan kesulitan untuk mendapatkan waktu putaran (lap time) yang cepat jika menggunakan ban baru, sebab Anda harus mengendarainya dengan cara berbeda dibandingkan dengan ban yang sudah dipakai sebelumnya.”
“Tapi tidak dengan Pedro, dia malah langsung bisa menyadari hal ini. Kedewasaan dia sangat mengesankan,” tambahnya.
Adapun hal kedua, yakni soal gaya berkendara saat menunggangi motor MotoGP di sirkuit.
“Anda tidak bisa membandingkannya dengan pembalap lain di sirkuit. Dia mengendarai motor dengan posisi menggantung yang ekstrem dan menggerakkan tubuhnya jauh dari motor,” papar Pol.
“Hasilnya, pergerakan motor tidak terlalu mempengaruhi posisi tubuhnya dan beban pada ban motor tetap konstan.”
“Ini adalah konsep menarik yang jarang saya lihat dari pembalap lain,” puji adik Aleix Espargaro itu.
Pol menganalisis bahwa gaya berkendara Acosta agak mirip antara perpaduan Marc Marquez dan Jorge Martin.
“Marc dan Jorge Martin juga punya gaya berkendara yang sangat mengandalkan kekuatan intensif, denga style yang eksplosif yang mana keduanya bekerja pada motornya.”
“Pedro juga menempatkan tubuhnya sangat jauh di atas bagian depan motor dan karena itu dia dapat dengan sangat cepat bereaksi jika ada masalah yang tiba-tiba datang di depannya,” kata Po.
“Pedro memiliki gaya berkendara yang sangat unik dan sangat berbeda, yang mana saya sangat menyukainya,” ujar Pol.