KicauanRakyat – Shin Tae-yong sudah empat tahun melatih Timnas Indonesia.
Selama empat tahun, pelatih asal Korea Selatan tersebut sukses mengantarkan Timnas Indonesia lolos ke babak gugur Piala Asia untuk kali pertama sepanjang sejarah.
Meski begitu, pelatih 53 tahun tetap menaruh sorotan kepada Liga 1 Indonesia sebagai kawah candradimuka para pemain andalan tim Merah Putih.
Tercatat, ada 16 pemain Liga 1 yang tampil untuk Timnas Indonesia di ajang Piala Asia 2023.
Salah satu hal yang disorot dari Liga 1 Indonesia adalah level permainan yang terlalu rendah.
Hal tersebut yang membuat para pemain Timnas Indonesia jebolan klub Liga 1 kerap tidak siap saat berjumpa tim-tim dengan level permainan lebih tinggi.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Asisten Pelatih Timnas Indonesia, Nova Arianto di kanal Youtube Si Paling Timnas.
“Pasti karena berbeda level permainannya,” ujar Nova Arianto.
“Level kompetisi kita dengan kompetisi di Piala Asia sangat beda.”
“Ya itu yang dibilang Coach Shin. Level kompetisi kita [Liga Indonesia] dengan turnamen Piala Asia jauh berbeda.”
“Level kompetisi kita masih jauh di bawah sih untuk kita bisa bermain di level Asia,” lanjutnya.
Masalah kedua yang disorot oleh Shin Tae-yong adalah waktu efektif permainan di Liga 1 Indonesia yang sangat rendah.
Nova Arianto menyebut bahwa rentang waktu efektif yang terpakai dalam setiap pertandingan berada di angka 35-45 menit.
Angka ini jauh dari standar Asia yang sudah berjalan selama 60-70 menit.
“Kalau kompetisi ya, kita harapkan sih kompetisi kita bisa lebih baik, lebih teratur, lebih baik, karena di masa kepelatihan Coach Shin juga banyak melakukan analisa,” ujar Nova Arianto.
“Karena dari menit bermain bersih nya saja mungkin kalau di Instagram banyak itu, menit bermain bersihnya Liga Indonesia itu hanya 35-40 menit, padahal waktu bermainnya 90 menit.”
“Padahal di level Asia, itu sebenarnya waktu bersihnya 60-70 menit. Itu yang menjadi concern Coach Shin untuk memperbaiki level Liga Indonesia harus bisa mencapai 60-70 menit.”
“Berarti kalau selama ini hanya 35-45 menit kan sisanya ngapain aja, ada yang tidur, ada yang keluar dari lapangan, dan lainnya,” lanjutnya.
Nova Arianto menyebut kepemimpinan wasit dan banyaknya protes pemain ke pengadilan pertandingan mempengaruhi angka waktu efektif di Liga 1.
“Coach Shin juga melihat banyak kejadian yang berantem, pukul wasit, kejar wasit,” ujar Nova Arianto.
“Bagi Coach Shin, itu sangat miris, karena itu butuh ketegasan dari PSSI sendiri agar kejadian itu tidak terjadi kembali.”
“Kata Coach Shin dulu di Korea juga sama seperti itu, tapi sekarang kalau ada yang protes kartu kuning, kalau berlebihan kartu merah.”
“Otomatis kan pemain tidak berani protes ya. Tapi kalau didiamkan oleh perangkat pertandingan, tidak ada ketegasan dari PSSI, kompetisi kita juga akan di situ-situ saja sih,” lanjutnya.
Nova Arianto menyebut bahwa wasit di level Asia tidak akan mudah untuk meniup peluit tanda pelanggaran untuk benturan ringan.
Hal ini tentu jadi penghalang sepak bola Indonesia untuk bisa menyesuaikan dengan ritme permainan di level Asia.
“Pengaruh banget itu. Ya itu sama dengan di level Asia ya, kalau di Liga Indonesia mungkin benturan sedikit wasit bakal meniup peluit,” ujar Nova Arianto.
“Tapi di level Asia, benturan sedikit pasti akan terus lanjut, karena itu akan mempengaruhi jam bersihnya pertandingan dan pertandingan akan lebih enak untuk ditonton sih.”
“Tapi kalau sedikit-sedikit tiup, situasinya sangat berbeda nanti,” tutupnya.