KicauanRakyat – Rasanya masih segar dalam ingatan ketika Paris dilanda euforia megah selepas merampungkan transfer Lionel Messi pada 2021.
Kehadirannya mewujudkan trisula fenomenal MNM di lini depan PSG.
Kombinasi Messi, Neymar Jr., dan Kylian Mbappe bikin semua lawan bergidik.
Namun, kurang dari tiga tahun saja berkolaborasi, trio penyerang elite tersebut pecah kongsi dan menuju habis tak bersisa.
Satu per satu berpencar meninggalkan Paris.
Diawali Leo Messi, yang hijrah ke Inter Miami sesuai dengan masa kedaluwarsa kontraknya.
Neymar menjajal karier seperti Cristiano Ronaldo ke Jazirah Arab bersama Al Hilal.
Setelah memecahkan rekor transfer saat memboyongnya dari Barcelona 222 juta euro pada 2017, PSG hanya mendapatkan 90 juta dengan menjualnya ke Saudi.
Kini giliran Mbappe yang sedang menghitung sisa hari masa bakti di Paris.
Kapten timnas Prancis itu sudah mengutarakan tekad meninggalkan PSG setelah kontraknya habis per Juni 2024.
Real Madrid menjadi kandidat terkuat untuk menampung sang raja gol sepanjang masa Les Parisiens.
Paris sendiri merekrut Mbappe dari Monaco senilai 180 juta euro pada 2018, setahun pasca-rekor Neymar.
Kepergian penyerang berusia 25 tahun itu sekaligus menandakan akhir proyek Les Galactiques yang dibangun PSG.
Proyek tersebut kerap dijuluki tandingan program Los Galacticos-nya Real Madrid.
Paris berambisi membangun klub dengan pemain-pemain top sejak kedatangan investor Qatar pada 2011.
Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, Thiago Silva, atau Angel Di Maria termasuk bintang generasi awal program Les Galactiques.
Sampai tibalah puncak ambisi PSG mendatangkan Leo Messi setelah ia gagal memperbarui masa kerjanya di Barcelona.
Proyek ini memang terbukti berhasil mendongkrak popularitas PSG secara global dan menyibak era kejayaan di kompetisi domestik.
Martabat Paris dan Ligue 1 secara umum ikut terangkat di kancah Eropa.
Namun, sudah selama itu pula rombongan bintang top gagal memenuhi target utama klub: juara Liga Champions.
Bahkan dengan trio penyerang terbaik di dunia sekalipun, langkah Paris malah mentok hanya sampai 16 besar.
Situasi ini kelihatannya menjadi dasar klub melakukan perubahan besar dengan mengubah haluan proyek mereka.
Tak ada lagi masa-masa perekrutan Galactiques, digantikan oleh proyek berasas keberlanjutan.
Paris Saint-Germain kini membangun tim dari bawah dengan banyak-banyak merekrut pemain muda dalam taraf siap diasah jadi bintang.
Meskipun pengeluaran transfer mereka masih terhitung masif, secara bertahap rataan usia skuad PSG terus diturunkan.
Kehadiran Luis Enrique di kursi pelatih sejak tahun lalu menjadi penanda awal proyek baru ini.
Sejak awal kedatangannya, eks pelatih Barca itu menekankan bahwa PSG akan dibentuk dengan prinsip “klub di atas individu.”
“Tujuan saya adalah memainkan sepak bola menyerang dengan mengedepankan tim sebagai hal utama,” ujarnya di situs klub.
“Proyek ini selaras dengan orang-orang yang berinvestasi di klub.”
“Mereka adalah pemain yang bekerja di level sangat tinggi dan masih ingin terus berkembang,” tutur pria Spanyol.
Pada musim pertamanya di Paris, Enrique masih mengandalkan Mbappe sebagai tulang punggung utama sembari mengasah terus bintang dari akademi sendiri, Warren Zaire-Emery (17 tahun).
Namun, bukan berarti proyek keberlanjutan ala Enrique tidak mengorbankan sisi finansial.
Musim ini saja PSG mengeluarkan duit hampir 400 juta euro guna merekrut 15 pemain.
Setidaknya, kepergian Kylian Mbappe akan menghemat pengeluaran 200 juta euro bagi klub.
Uang yang awalnya dianggarkan buat menggajinya bisa dialihkan ke sektor perekrutan pemain-pemain yang menunjang proyek baru Enrique musim panas nanti.
10 Pemain Termahal PSG
Ket.: * = Masih di PSG; ** = Dalam proses hengkang