KicauanRakyat – Pasca-kekalahan Juventus dari Inter Milan, Massimiliano Allegri kembali meredam ekspektasi agar pasukannya tahu diri dengan target klub musim ini.
Dalam lakon Derby d’Italia di San Siro, Minggu (4/2/2024), Si Nyonya Tua kalah 0-1.
Gol kemenangan Inter berasal dari bunuh diri Federico Gatti pada babak pertama.
Hasil ini membuat jarak kedua tim di papan atas klasemen Liga Italia melebar lagi.
La Beneamata kukuh di puncak tabel dengan raihan 57 poin, unggul 4 angka di atas sang rival bebuyutan.
Inter bahkan berpeluang menambah margin karena masih memiliki satu partai tabungan melawan Atalanta.
Kondisi tersebut membuat Allegri mafhum bahwa kekuatan timnya memang belum bisa menyaingi Lautaro Martinez dkk.
Pemilik 6 titel scudetti sebagai pelatih ini mengatakan kemunculan Inter sebagai kandidat juara terkuat tidak terjadi secara instan.
Fondasi mereka dibangun bersama Antonio Conte dan kini dilestarikan Simone Inzaghi.
Setelah menyudahi penantian juara Liga Italia bersama Conte pada 2020-2021, Inter berturut-turut finis di peringkat dua dan tiga.
Karena itu, Allegri menilai normal kalau Inter Milan kembali bersaing untuk meraih gelar.
Tidak seperti Juventus yang mengalami masa konstruksi skuad setelah terakhir kali juara pada 2020 silam.
Allegri, yang membawa Bianconeri kampiun Serie A empat musim beruntun (2015-2019), turun gunung melatih mereka kembali mulai Juli 2021.
Di antara dua rezim Allegri, kendali kepelatihan dipegang Maurizio Sarri dan Andrea Pirlo.
Akan tetapi, sejak pria asal Livorno itu tiba, Juventus gagal meraih satu pun trofi, sesuatu yang tak pernah mereka alami sedekade sebelumnya.
Allegri beralasan tugasnya kini memang bukan mendatangkan gelar, tapi ibarat membangun fondasi dari awal lagi.
“Juventus telah mengganti 15 pemain sejak saya datang kembali. Sepuluh pemain kami lahir setelah tahun 2000. Ini adalah fakta,” katanya.
“Tak ada yang menyangka Juve berada empat poin di belakang Inter.”
“Kalau seseorang mengharapkan Juventus menjadi pesaing gelar, mungkin mereka bisa membaca arah kendali tim lebih baik daripada saya.”
“Juventus tidak pernah menjalani laga penentuan untuk merebut puncak klasemen selama tiga tahun.”
“Malam ini mereka menjalaninya, dengan pemain yang dalam tiga tahun ke depan akan menjadi tajuk utama berita,” imbuh pria berusia 56 tahun.
Dengan kata lain, Allegri seperti ingin mengatakan proses yang dibutuhkan agar Bianconeri bisa sekuat Inter Milan dapat memakan waktu tiga tahun.
Saat itulah bakat pemain-pemain muda seperti Kenan Yildiz, Andrea Cambiaso, atau Timothy Weah diprediksi bakal semakin terasah, sedangkan awak senior yang lain semakin matang mentalitasnya.
Namun, banyak yang menilai Allegri cuma mencari-cari alasan guna menutupi keusangan taktik dan segala kekurangan lain dalam skuadnya.
Ia tak bisa banyak melempar alibi karena skuad Bianconeri sebenarnya punya modal buat menandingi Inter asalkan dibangun dan diramu secara tepat guna.
Dari segi finansial, Juventus adalah tim dengan pengeluaran gaji tertinggi di Serie A musim ini.
Di bawahnya baru menyusul Inter dengan total pengeluaran upah bruto 115,17 juta euro.
Dalam kategori individu, Juventus juga memiliki dua pemain bergaji termahal di Italia.
Mereka ialah Dusan Vlahovic (12,96 juta euro per musim) dan Wojciech Szczesny (12 juta), diikuti kapten Inter Lautaro Martinez (11,1 juta).
Jangan lupa, Allegri sendiri merupakan pelatih berbayaran tertinggi di Serie A dengan 7 juta euro masuk kantongnya per musim.
Bandingkan dengan Inzaghi, yang hanya dibayar 5,5 juta euro per musim.
Alibi Allegri menyoal inferioritas timnya makin aneh dengan fakta lain bahwa dia tak kekurangan dukungan untuk membangun skuad kelas juara.
Klub membekalinya dengan pengeluaran total 350,03 juta euro buat berbelanja pemain di bursa transfer sejak musim panas 2021.
Lagi-lagi angka tersebut menjadi biaya terbanyak di antara klub-klub Liga Italia.
Pengeluaran Juve di atas AC Milan (270,68 juta euro), Atalanta (246,8) dan Napoli (226,55).
Menariknya, Inter Milan hanya berada di urutan kelima dengan cuma menghabiskan 184,48 juta euro atau kira-kira separuh pengeluaran Juve guna membangun skuad setangguh sekarang.
Jangan lupakan pula transfer mewah Vlahovic pada 2021 yang memakan biaya sampai 83,5 juta euro.
Dengan materi skuad dan pelatih termahal di Italia, seharusnya Juventus punya modal lebih dari cukup untuk membangun diri sebagai penantang Inter, bukan lagi cuma menargetkan 4 besar klasemen.
Hal itu senada dengan komentar jurnalis senior Italia, Paolo De Paola, yang mengatakan faktor penghambat Juventus berkembang justru adalah Allegri sendiri.
“Juve tidak begitu inferior dari Inter, limitnya adalah Allegri sendiri,” ucapnya kepada Tuttomercatoweb.
“Saya tak mengerti apa maksud klub, tetapi mempertahankan Allegri hanya akan membuat fan menderita di setiap pertandingan,” ujar mantan petinggi media top Italia seperti La Gazzetta dello Sport, Tuttosport, hingga Corriere dello Sport.